Minggu, 08 Agustus 2010

INTEGRASI SHOUM RAMADHAN, NUJUL QUR’AN DAN LAILATUL QADR

INTEGRASI SHOUM RAMADHAN, NUJUL QUR’AN DAN LAILATUL QADR

Oleh : Iskandar Perangin Angin

Perlu saya sampaikan bahwa tulisan ini dibuat adalah untuk merangkum dan merefresh kembali hasil kegiatan diskusi seputar Ramadhan yang sering saya ikuti ketika masih aktif di kegiatan organisasi kampus. Sekedar memberi tahu bahwa ketika mahasiswa saya aktif di sebuah organisasi eksternal kampus yang berdiri tanggal 5 Februari 1947, yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Organisasi ini sering membuat kegiatan pengajian atau lebih tepatnya diskusi mengenai wacana keislaman. Berbagai macam pokok pembahasan dikaji mulai dari persoalan Ibadah, Syari’ah, Muamalah dan lainnya hingga sampai pada pembahasan mengenai ramadhan dan aksesorisnya. Kegiatan ini dikemas secara apik oleh pengurus HMI dan dibawakan secara lugas, menggelitik oleh nara sumber yang bersangkutan sehingga diskusinya sangat menarik perhatian. Jangan anda kira diskusinya seperti ceramah dimesjid-mesjid yang sering kita lihat. Anda tidak akan mennemukan hal tersebut disini. Tapi kalau anda ingin mencari kajian islami yang kritis, radikal, mengejutkan, bahkan kadang membingungkan, ya… di sinilah tempatnya. Jadi bagi anda yang tidak siap berfikir objektif, kritis, hanya mengedepankan emosi, saya sarankan lebih baik tidak usah ikut.

Kembali kepada pokok pembahasan kita mengenai Shoum Ramadhan, Nujul Qur’an dan Lailatul Qadr. Ketiga hal ini adalah perihal yang sudah sangat lazim kita dengar sehari-hari, apalagi kalau suasananya di bulan Ramadhan, jadi bukan sesuatu yang asing lagi bagi kita. Namun perlu saya tekankan bahwa belum tentu kajian mengenai ketiga pokok pembahasan ini juga lazim bagi kita. Barang kali anda bertanya, “tidak lazimnya dimana?”. Agar tidak menambah tanda tanya anda, kita akan langsung saja masuk ke pembahasannya.

Ramadhan adalah bulan paling istimewa dalam islam ditandai dengan adanya penyebutan bulan ini di dalam Al Quran (QS 2:185), sementara bulan-bulan yang lain sama sekali tidak ada. Ditambah lagi dengan keistimewaan lain yang secara historis menunjukkan keluar-biasaan bulan ini. Hal tersebut menjadikan bulan ini benar-benar sakral. Keistimewaan tersebut sampai berimplikasi juga terhadap kebiasaan atau budaya masyarakat islam pada umumnya. Hal tersebut dapat dilihat dari aktifitas masyrakat islam diseluruh penjuru dunia ketika hendak memasuki ramadhan dan ketika berada di dalam ramadhan. Begitulah Ramadhan ketika kita tinjau dari aspek teologis, historis, dan sosiologis yang sederhana.

Namun sebagai manusia yang hanif (QS 30:30), yang cenderung kepada kebenaran, tidaklah cukup kita hanya memahami ramadan sebatas itu saja. Ramadhan tidak hanya menjadi kisah sejarah yang luar biasa, tidak sebatas gambaran yang terus menjadi gambar dalam pikiran kita, dan tidak hanya sebtas ritual tahunan yang harus kita lalui. Ketika kita berhenti hanya sampai batas itu, maka kita sudah melawan fitrah kita yang hanif, yang selalu haus akan kebenaran. Caranya dengan terus keritis, hikmat, objektif, dan aplikatif terhadap Al Qur’an dan Hadits. Dengan begitu kita akan semakin memahami keistimewaan ramadhan tersebut, tidak hanya sebatas ritual dan cerita sejarah, namun mampu menginternalisasi dalam diri kita dan mampu kita peristiwakan.

HAKIKAT RAMADHAN

Ramadhan identik dengan Puasa yang secara terminology berasal kata Shiam/ Shoum, yang artinya menahan. Apa yg ditahan..? Secara gamblang dapat diartikan menahan diri dari segala sesuatu yg membatalkan puasa dari terbit waktu imsak hingga waktu future (berbuka). Begitulah kira-kira menurut fiqih yg sering saya baca waktu sekolah di madrasah. Namun bagaimanakah ramadhan menurut Al Qur’an dan Sunnah Rasul sbg sumber pokok ajaran Islam?

QS Al-Baqoroah (2): 185 menjelaskan :

“bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda. Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur”

Dari penjelasan ayat ini dapat diketahui beberapa hal:

1. Syahru Romadhona alladzi unjila pihil Qur’an……. (Bulan Ramadhan Adalah Bulan yang diturunkan padanya Al Qur’an)

Jadi Ramadhan adalah bulan turunnya Al Qur’an. Dapat diartikan Ramadhan adalah prosesi penurunan wahyu kepada manusia yang beriman untuk dijadikan petunjuk jalan kebenaran. Itu adalah prosesnya. Sementara pelakunya adalah orang yg berpuasa atau Shoim. Shoim itu adalah orang yang diturunkan Quran kepadanya. Shoim itu sendiri secara lughowi artinya adalah orang yang menahan. Apa yang ditahan? Yang ditahan adalah wahyu yang disampaikan kepadanya, harus ditahan dulu karena masih dalam proses penurunan, sehingga nantinya bisa sempurna dan komprehensif.

2. Paman syahida minkum Asy-syahro pal yashum… (barang siapa diantara kamu yang mempersaksikannya maka berpuasalah..

Ayat ini menerangkan siapa sebenarnya orang yang wajib berpuasa itu. Pada potongan ayat tersebut ada syarat yang harus dipenuhi maka ada perintah berpuasa. Di tandai dengan kata “pa man syahida syahro”. Siapa yang “Syahida syahro”, maka “pal-yashum” diperintahkan puasa.

Siapakah orang yang syhida itu? Banyak yang mengartikan syahida itu dengan melihat, sehingga syahida syahro artinya melihat bulan. Dan perlu diketahui bahwa syahro disini bukan berarti bulan fisik (Qomar:bhs arab). Syahida seakar kata dengan syahadat, sedangkan syahro adalah bulan yg berarti waktu, yaitu bulan yang sama dengan 30 hari. Jadi bagaimana mengartikan syahida syahro tersebut???

>>bersambung...... tunggu aja bntr lg...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar